SELAMAT DATANG DI BLOG YONIF LINUD 433/JS ----------------- SELAMAT DATANG DI BLOG YONIF LINUD 433/JS ----------------- SELAMAT DATANG DI BLOG YONIF LINUD 433/JS <-------------------------------> Disini Kami juga menerima pemesanan : Pembuatan Taman, Design Grafis, Shooting dan Editing Video... bagi yang berminat silahkan klik IKLAN atau KONTAK KAMI ( Kapten Parlan alias Munde ).
SEJARAH SINGKAT YONIF LINUD 433/JS KOSTRAD
Kostrad dilahirkan saat Indonesia sedang sibuk-sibuknya melakukan pembebasan Irian Barat (Papua) dari tangan Belanda. Kala itu, ia diberi nama Korps Tentara I/Tjadangan Umum Angkatan Darat (Korra I/Tjaduad), yang terdiri dari Divisi Infanteri Korra I/Tjaduad dan Brigade Infanteri 3/Para. Tujuan pembentukannya tidak lain sebagai pasukan tempur ’cadangan’ yang selalu siap jika diperlukan. Sebab, menurut perhitungan militer di masa itu dalam sebuah organisasi tempur diperlukan kesatuan-kesatuan tempur cadangan yang belum terikat dalam penugasan tempur tertentu. Berkaitan dengan itu, Kepala Staf TNI Angkatan Darat RI Jenderal TNI Abdul Haris Nasution tanggal 27 Desember 1960, kemudian menetapkan pembentukan Tjaduad dengan Surat Keputusan No 1067/12/1960, yang dilanjutkan dengan SK Men/Pangab tahun 1961 tadi. Sekitar dua tahun kemudian, tepatnya 15 Agustus 1963, Korra I/Tjaduad secara resmi dilebur menjadi Kostrad. Yakni berdasarkan Surat Keputusan Men/Pangab No KPTS 178/2/1963 yang dikeluarkan tanggal 19 Februari 1963. Di masa itu ditetapkan bahwa Markas Komando Kostrad adalah markas komando utama (kotama) pembinaan dan operasi. Tugas pokoknya adalah membina kesiapan operasi atas segenap jajaran komandonya, serta menyelenggarakan operasi pertahanan keamanan tingkat strategik sesuai dengan kebijakan Panglima ABRI. Setelah operasi pembebasan Irian Barat (Papua), pasukan Baret Hijau tersebut dapat dikatakan tak penah absen untuk operasi militer lainnya, seperti penumpasan G-30S/PKI, Trisula, Penumpasan Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS) atau Pasukan Gerilya Rakyat Kalimantan Utara (Paraku), dan operasi Seroja di Timor Timur. Sedangkan untuk tingkat internasional, Kostrad terlibat dalam pasukan penjaga perdamaian PBB di berbagai belahan dunia.

Kunjungan Pangkostrad

Kariango. 14 Setember 2008. Kunjungan Pangkostrad Letjen TNI George Toisuta ke Brigif Linud 3 dimaksudkan untuk melihat langsung kondisi Brigif Linud 3 secara langsung. Dalam pengarahan Pangkostrad menyampaikan bangga akan kekompakan Brigif Linud 3 dengan masyarakat sekitarnya. Pada akhir pidatonya Pangkostrad menitipkan agar prajurit selalu mengacu pada norma yang berlaku dalam bergaul dengan masyarakat.

Diambil dari situs Brigif Linud-3 TBS.

Sambutan Danbrigif Linud 3 pada silaturahmi "Pakar"

Berita ini sebenarnya sudah terlambat namun pada kesempatan kami postkan agar personel Yonif Linud 433/JS yang berada di Medan Operasi bisa membaca dan mengetahui informasi yang berkembang di satuan. Informasi ini kami ambil dari situs Brigif Linud-3 TBS.

Bali.
01 September 2008.
Pada kesempatan silaturahmi Pakar di CafeBali, Danbrigif Linud 3 Kolonel Inf Doni Monardo memberikan sambutan tentang perkembangan terakhir dari satuan Brigif Linud 3. Yang menonjol dari Binsat tersebut adalah berlangsungnya pembudidayaan pohon Trembesi dalam rangka penghijauan yang dicanangkan pemerintah dengan agenda sejuta pohon. Hal tersebut disisi lain menjadikan keuntungan bagi prajurit Brigif Linud 3, dimana harga bibit pohon Trembesi yang relatif mahal sehingga menambah keuntungan bagi ekonomi keluarga prajurit. Selanjutnya pembinaan prajurit dalam aspek bela diri, sekarang kurang lebih seribu prajurit Kariango mempunyai kemampuan beladiri karate dengan level sabuk hitam atau Dan I. Atraksi kolosal dari prajurit pernah di tampilkan pada HUT Kostrad di Jakarta. Sebagaian besar atlit Kostrad pada lomba Ton Tangkas TNI AD berasal dari Brigif Linud 3, hal yang sangat membanggakan. Lingkungan Asrama Brigif Linud 3 selain sudah melaksanakan penghijauan juga dilaksanakan pengaspalan jalan dalam komplek asrama dan akses masuk ke satuan yang mana kondisi jalan sudah mulus dan lancar, demikian perkembangan satuan Brigif Linud 3 yang dijelaskan Danbrigif Linud 3 pada acara silaturahmi Pakar. Semoga pembangunan satuan tersebut akan berkelanjutan oleh pejabat yang berikutnya sehingga menambah kecintaan kepada almamater satuan bagi Pakar.

PUTRA PAPUA PEACE IN LEBANON

Nama yang tak asing lagi bagi prajurit JULISIRI yaitu CPL SELSIUS WORABAI biasa dipanggil pak KASUARI.Dia adalah salah satu putra papua yang pertama ikut tergabung dalam kontingen garuda.Dia memang orang yang berdedikasi tinggi,loyal,dan punya banyak prestasi yang ia rai sehingga Dia pantas di pilih ikut dalam KONTINGEN GARUDA XXIII-B/UNIFIL.Selain itu juga Dia mempunyai kelebihan di luar dari tugas pokoknya yaitu ARSITEK BANGUNAN.dan Dia juga tidak perna ketinggalan dalam penugasan dalam negeri seperti penugasan operasi di PAPUA sebanyak Enam kali penugasan.operasi SEROJA TIM-TIM sebanyak Tiga kali dan operasi DARMIL NAD sebanyak Dua kali penugasan. PAMPRES di AMBON dan lain-lain.Tak diherankan pula CPL CELSIUS yang mempunyai anak Tiga ini mampu bersaing dengan negara-negara lain yang tergabung dalam Perdamaian di Lebanon yaitu dalam pertandingan power Game dan Billiyard Dia merai juara Tiga se UNIFIL.Salah satu putra papua yang telah mengharumkan nama baik Bangsa ini patut mendapatkan penghargaan dari UNITED NATIOS dan Tanda jasa dari Negara.

Nasionalisme Butuh Pemimpin Kuat

Oleh
Mayjen TNI Saurip Kadi
(Penulis buku Mengutamakan Rakyat)

JAUH sebelum Indonesia berdiri, penduduk Nusantara sudah majemuk. Orang Tengger, Baduy, Dayak, Irian, dan banyak lagi penduduk pedalaman lainnya sudah mengenal Tuhan tanpa agama. Keturunan Tionghoa sudah ke kelenteng. Yang terjadi setelah ada republik, terlebih pada masa Orde Baru, kebhinekaan yang ada justru menjadi sumber malapetaka.

Juga, tidak sedikit anak bangsa ini yang menjadi korban akibat kemajemukan, bahkan oleh penampilan negara itu sendiri. Setidaknya, mereka tidak bisa membuat KTP. Orang Dayak yang bertato tidak bisa masuk TNI, padahal tato bagi Suku Dayak adalah lambang kejantanan. Begitu pula, etnis Tionghoa tidak bisa beribadah di kelenteng (baru sejak pemerintahan Gus Dur etnis Tionghoa bisa ritual kembali di kelenteng).
Karena itu, ke depan, yang terpenting adalah kejelasan konsep bagaimana kebhinekaan ini dikelola. Apakah kita akan meneruskan gaya Orde Baru, di mana yang bhineka itu diudek jadi satu, atau yang bermacam-macam ini cukup dibingkai, dan bingkai itu bernama Indonesia.
Agar bingkai tersebut kuat, hanya ada satu syarat, yaitu ketika negara menjamin kesetaraan terhadap setiap individu, kelompok, daerah, golongan, etnis, budaya, dan juga agama. Ke depan tidak boleh lagi model lama diteruskan. Dulu karena alasan SARA orang diciduk dan belakangan ini negara membiarkan, bahkan terlibat dalam penzaliman sesama warga negara atas nama aliran sesat.
Manfaat Negara
Nasionalisme ke depan tidak mungkin lagi didasarkan hanya pada ikatan imajiner karena sama-sama dijajah Belanda dan Jepang. Bangsa ini juga harus berani menghentikan model lama dalam pengelolaan negara yang justru merusak rasa nasionalisme tersebut.


Karena itu, atas nama nasionalisme, pemegang lisensi proyek-proyek infrastruktur haruslah orang Indonesia. Dalam kenyataannya, cara itu tidak membawa manfaat bagi rakyat sama sekali. Keberadaan pemegang saham orang dalam negeri yang hanya bermodal lisensi tersebut justru membuat waktu ROI (return of invesment) menjadi bertambah panjang.
Artinya, untuk mengembalikan dana investasi, rakyat dibebani tambahan beberapa tahun. Hanya bermodal ''lisensi'' dan sedikit dana eksplorasi, pemegang saham sektor pertambangan bisa mengeruk uang dalam jumlah sangat besar dari money market. Sementara pemda setempat, sekadar untuk membangun rumah sakit di sekitar wilayah pertambangan tersebut, harus mencari pinjaman atau investor.
Ke depan, kita juga tidak boleh terkecoh oleh kelompok tertentu yang mengatasnamakan nasionalisme gigih memperjuangkan upaya menasionalisasi tambang-tambang yang kini dikuasai asing. Jangan sampai kelak hanya memindahkan kepemilikan saham dari ''Londo'' kulit putih beralih ke ''Londo'' kulit hitam. Sebab, dalam era kekinian, yang terpenting adalah model pengelolaan tambang agar secara langsung bermanfaat bagi rakyat banyak.
Maka, nasionalisme ke depan haruslah didasarkan pada manfaat negara. Sepanjang negara membawa manfaat bagi segenap rakyat tanpa kecuali, niscaya negaranya akan dibelanya. Apalagi kalau republik ini bisa berpenampilan sebagaimana negara-negara sahabat, jangankan fakir-miskin, pengangguran saja dijamin oleh negara, pendidikan gratis, kesehatan ditanggung negara, dan dihargai oleh bangsa-bangsa lain.
Masih Kurang Cukup?


Dalam kaitan nasionalisme, bukankah kita sudah punya Pancasila? Apakah dengan Pancasila masih kurang cukup? Kita memang punya Pancasila, tapi sesungguhnya Pancasila sebagai ideologi belumlah tuntas. Karena ia tidak atau belum punya instrumen untuk menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam kelima sila.
Pernyataan ini sama sekali bukan mengecilkan makna Pancasila. Sebab, oleh perumusnya (Bung Karno) dalam pidato kelahiran Panca Sila tanggal 1 Juni 1945, Pancasila disebutnya sebagai ''Weltanchaung'' atau landasan filsafat. Itu juga bisa dimaklumi karena semua ideologi seperti Islam, liberalisme, dan komunisme di dalamnya sudah mengatur bagaimana nilai-nilai yang dikandung diimplementasikannya.
Sesungguhnya dengan Pancasila yang belum mempunyai instrumen justru sebuah keuntungan, sehingga pada tataran nilai terapan setiap saat bisa diubah sesuai tuntutan zaman pada masing-masing era.
Maka, garapan utama dalam waktu dekat ini adalah bagaimana sila-sila Pancasila dan semua nilai yang mengantar republik ini berdiri harus diterjemahkan dalam pasal undang-undang dasar. Dengan demikian, pemerintahan hasil pemilu yang mana pun (dengan ideologi apa pun) tidak bisa lepas dari nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai luhur peninggalan pendahulu kita.
Karena itu, persoalan yang paling mendesak adalah bagaimana mewujudkan model baru nasionalisme itu.
Bagi bangsa kita, yang terpenting adalah ke depan -melalui Pemilu 2009- bisa melahirkan pemimpin yang cerdas, yang mampu membumikan nilai-nilai luhur warisan pendahulu kita sesuai tuntutan zaman kekinian. Untuk itu, ia harus bisa mengubah sistem kenegaraan yang ada dengan model (platform) baru di semua aspek kehidupan.
Lebih dari itu, sang pemimpin ke depan dituntut melahirkan nilai-nilai baru, termasuk dalam melestarikan negaranya

Cerita Dari Mantan GAM Tentang TNI Bag-5

Lanjutan Bag-4 (Cerita Dari Mantan GAM Tentang TNI )

Di akhir ceritanya, Handoko mengungkapkan kekesalannya melihat Nasir dipukuli begitu. Menurutnya, mereka yang bertindak kasar itu tak tahu persoalan dan hanya cari-cari muka.


Seorang kapten yang ada di ruang interogasi juga memilih keluar. Dia jengah melihat beberapa bawahannya memukuli Nasir. Dia tak kuasa mencegah kendati itu terjadi di hadapannya. Saya kira dia sungkan karena bagaimana bisa melarang jika mayor di hadapannya justru menyetujui pemukulan itu?

Saat ngobrol dengan Handoko, seorang bintara mendekat dan mengaku tak tega melihat Nasir dijotosi sampai elek. Saya senang mendengarnya. Tapi sehari setelahnya, dalam bahasa Jawa, dia bercerita kepada beberapa rekannya, di hadapan saya, kalau tangannya sampai sakit memukuli Nasir. Saya kecewa sekali merasa dibohongi. Saya mengerti bahasa Jawa walau sedikit.

Interogasi berjalan sekitar dua jam. Untuk pemeriksaan selanjutnya, Nasir dan istrinya ditahan di Pos Komando Taktis Pula Ie, sekitar setengah jam perjalanan dari Meulaboh.

Di atas truk itu, Nasir yang saya lihat dua jam lalu jauh berbeda dengan Nasir sekarang: ada gumpalan darah beku di tulang belakang telinganya. Bibirnya lebam, hidungnya berdarah, dahinya penuh benjolan. Rahang kanannya membengkak sementara yang sebelah kiri seperti kempes.

Pasangan suami istri itu duduk di ban serep truk. Sekitar 20 orang serdadu bersenjata lengkap mengawalnya. Begitu duduk, istri Nasir mencoba menggamit lengan kiri suaminya. Tapi Nasir seperti tenggelam dalam pikirannya sendiri. Tatapannya tetap lurus ke depan.

Siang itu dia mengenakan jins yang birunya sudah memudar dan baju kaos lengan panjang warna kuning yang kerahnya seperti habis ditarik paksa. Lengan kanan dan bagian punggung baju itu penuh bercak-bercak darah.

Saya pernah mendengar seorang serdadu dari Makassar berandai-andai ada promotor yang mau memfasilitasi pertarungan gaya bebas ala Ultimate Fighting Championship (UFC) antara TNI dan GAM. Dan saya kira, kalau disuruh berkelahi satu lawan satu, akan banyak serdadu Indonesia yang berpikir 1.000 kali sebelum memberanikan diri menantang Nasir.

Tingginya dapat 175 centimeter. Dadanya membusung. Bahunya lebar. Pergelangan tangannya besar. Kumisnya yang bapang kian menambah kesan angker.

Tapi siang itu, Nasir dalam kondisi payah. Sungguh.

Saya duduk di sampingnya saat mendengar beberapa serdadu berkata: "Wis pateni ae (sudah bunuh saja)." Ada juga yang menginginkan Nasir diberi kesempatan menunjukkan tempat penyembunyian senjatanya. Nanti kalau ternyata tidak ada, ya "wis pateni ae." Istrinya? Ada yang mengusulkan tak usah dibunuh tapi dijadikan tukang masak di pos saja.

Truk bergerak. Istri Nasir mempererat dekapannya. Sekali dia mencoba membelai paha suaminya, tapi tak dilanjutkannya. Mungkin segan. Dia hanya memegang lipatan-lipatan kain yang membungkus lutut suaminya. Lain kali dia seperti hendak membisikkan sesuatu ke telinga Nasir. Nasir berpaling, tak berkata suatu apa, lalu kembali menatap lurus.

Saya kagum. Mungkin seperti beginilah harusnya laki-laki. Saya tak dapat membayangkan seperti apa keadaan istrinya jika Nasir tak setegar siang itu.

Sebentar kemudian, Nasir mengelus-ngelus telunjuk kirinya. Dia mencoba menyapu darah yang masih menetes. Luka bekas tertusuk duri itu kembali merekah setelah seorang serdadu memukuli telunjuk Nasir dengan besi. Nasir mengakui keterlibatannya dengan GAM setelah itu.

Nasir dan istrinya diterungku di sebuah sel besi seukuran 3 x 5 meter. Ada selembar tikar di situ dan dua sak semen yang mungkin bisa dijadikan bantal. Tahi kambing berceceran di lantai itu. Penjaranya di samping dapur umum. Beberapa serdadu berkali memukul-mukul seng samping penjara seakan-akan untuk menyambut kehadiran penghuni baru di sebelah.

Sekitar 50 meter dari tempat Nasir mendekam, di sebuah bangunan yang ditinggali para serdadu itu, saya melihat ada kursi listrik yang berubah fungsi menjadi kandang burung. Model dan ukurannya seperti bangku kuliah mahasiswa. Hanya saja beberapa bagiannya, seperti sandaran punggung, dilapisi lempengan besi. Di tungkai kursi itu ada lengkungan besi berengsel yang pas di tungkai kaki.

Beberapa serdadu bercerita kalau kursi itu peninggalan Yonif Linud 700 Makassar. Saya banyak mendengar cerita miring tentang pasukan ini. Mereka menggunakan kursi listrik itu untuk melakukan interogasi. Banyak warga yang trauma dengan watak keras pasukan ini. "Matanya ditatap saja kita sudah digertak .... ada salah sedikit main tempeleng," kata seorang warga.

Dua-tiga hari setelahnya, saya kembali bertemu Nasir dan istrinya. Kondisinya sudah lebih baik. Lebam-lebam di mukanya hilang. Seorang serdadu malah memberinya baju ganti. Wajahnya kelihatan lebih segar, demikian pula istrinya.

Entah kenapa, hari itu dia menghampiri saya di sudut pos. "Saya Cut Ali. Cut Ali bin Nasir." Katanya menjabat tangan saya erat-erat, seolah tak akan pernah bertemu lagi. Tapi dari keadaannya yang sudah membaik itu saya menduga sebentar lagi mereka akan dilepas, seperti Ismail dulu.

Memang, selama dua minggu setelahnya saya tak pernah mendengar kabar Nasir lagi. Pada pekan keempat Oktober, seorang bintara mengabarkan kalau Nasir dan istrinya melarikan diri.

"Melarikan diri?" tanya saya tak percaya.

"Iya," katanya, "Waktu rumahnya digerebek ulang ada amunisi yang ditimbun ternyata."

Tak selalu tentara kita mengorek informasi dari orang yang dinilai terlibat GAM dengan cara kekerasan, seperti yang telah dialami Nasir dan istrinya itu. Saya pernah melihat cara yang simpatik. Waktu itu ada informasi yang masuk ke pos kalau pemimpin pondok pesantren Babussalam Abubakar Sabir menampung sejumlah orang GAM.

Dua truk pasukan langsung meluncur ke dayah (pesantren) di jantung kota Meulaboh. Seorang mayor turun dan bertemu dengan kiai di situ. Entah apa yang mereka bicarakan. Keesokan harinya, kiai itu datang membawa belasan santrinya yang pernah ikut GAM. Mereka hanya diinterogasi dan diizinkan pulang dengan status wajib lapor sekali seminggu. (Ada juga "laron" yang baru dilepas setelah kakak, adik, om, tante, dan sepupunya datang menjaminkan kepalanya)

Selama bergabung dengan pasukan, saya banyak melihat GAM yang turun gunung menyerahkan diri ke pos aparat. Jumlahnya mencapai 50 orang lebih. Mulai dari yang levelnya panglima sago (setingkat kemukiman) hingga yang dianggap GAM hanya karena pernah dipaksa ikut latihan perang-perangan selama tiga jam. Sebagian besar diperlakukan baik-baik. Hanya diinterogasi dan diberi pengarahan singkat.

Tapi biasanya, kalau tentara Jakarta punya informasi yang bisa diandalkan, "laron" tertentu akan dibujuk dan kalau tak mempan dipaksa menunjukkan tempat penyembunyian senjatanya. Seorang prajurit dua pernah bercerita kalau di posnya ada pecut ekor ikan pari. Cambuk itu berhasil memaksa seorang "laron" yang telah menyerahkan diri menunjukkan tempat penyimpanan senjatanya.

Cerita Dari Mantan GAM Tentang TNI Bag-4

Lanjutan Bag-3 (Cerita Dari Mantan GAM Tentang TNI)


KAMI pulang pagi itu juga. Berjalan kaki melintasi rute yang sama tapi dengan waktu yang lebih cepat, sekitar 1,5 jam. Semalam kami ternyata melintas di jalan padat karya yang membelah hutan sawit milik PT Fajar Bayzuri & Brother di Paya Malim.


Serdadu kalau pulang penyergapan kosong, jalannya biasanya ngawur. Banyak yang bergerombol kendati sudah diperingatkan agar tetap waspada. Mereka sudah capek. Kami hanya sanggup berjalan hingga saluran irigasi di sebuah persimpangan. Lewat radio PRC (portable radio communication), truk diminta menjemput lebih ke dalam.

Sejam menunggu, truk belum juga datang. Beberapa serdadu mengajak berkenalan. Kami ngobrol banyak hal. Di situ saya sempat melihat peta topografi wilayah Jeuram yang dibawa seorang serdadu.

Besarnya seukuran kertas A1. Fotokopian, dibungkus plastik. Ini peta standar Tentara Nasional Indonesia di Aceh. Setiap pos punya satu peta. Peta itu yang jadi batas sekaligus acuan gerak mereka.

Peta ini isinya mendetail. Setiap karvah punya koordinat posisi. Kontur tanah jelas terlihat. Demikian pula jalanan, perumahan penduduk, rawa, kebun sawit, kebun karet, sungai, persawahan .... pokoknya orang dijamin tak akan tersesat jika menggunakannya.

Di pojok peta itu saya membaca catatan kalau peta itu dibuat Dinas Topografi TNI Angkatan Darat bekerja sama dengan sebuah lembaga Australia. Peta ini, peta yang menjadi acuan semua serdadu Indonesia di Aceh, dibuat berdasarkan pencitraan satelit pada .... 1974! Hampir seperempat abad lalu atau dua tahun sebelum pecah pemberontakan bersenjata di Aceh. Bisa dimengerti kalau mereka sering tersesat.

Selang sebentar, datang tim penutup. Semalam, mereka bertugas menutup jalan pelolosan GAM. Jarak yang mereka tempuh lebih jauh tapi raut wajah mereka menyiratkan kemenangan.

"Laron!" kata seorang serdadu yang menunjuk GAM yang tertangkap.

"Laron" itu sudah berdarah. Bibir atasnya lebam. Sepertinya habis dinyonyor laras. Ada luka sayatan sekitar tiga centimenter di pipi kirinya. Cipratan darah membasahi bajunya. Namanya Ismail. Umur 34 tahun. Tingginya sekitar 160 centimeter. Pekerjaannya makelar karet. Pagi itu dia ditangkap karena gugup saat berpapasan dengan pasukan. Ada yang mengenali wajahnya.

Sebentar saja, puluhan serdadu mengelilinginya. "Tadi malam dia melihat kita lewat di irigasi," kata seorang serdadu menjawab pertanyaan rekan-rekannya apakah Ismail yang membocorkan kehadiran pasukan semalam.

Truk ternyata tak bisa menjemput ke dekat irigasi. Kami harus jalan lagi sambil mengawal Ismail. Tangannya tak diikat sehingga dia bebas mendorong sepedanya. Dalam hati saya berharap semoga dia tak melarikan diri selama perjalanan.

Kami jalan terus. Sambil jalan, beberapa serdadu yang gemas mendekatinya. Ada yang sekadar ingin bertukar sapa, ada juga yang mengancam akan menembak jika Ismail mencoba melarikan diri. "Itu ada wartawan. Kamu akan dikirim ke Jakarta." Raut muka Ismail sontak berubah. Dia termakan gertakan itu.

Kami sampai di titik penjemputan. Ismail dan sepedanya dinaikkan ke truk, dijaga sekitar 25 orang serdadu. Dari belakang, ada yang menghardik, "GAM! Anjing kamu. Babi!" Seorang perwira segera menimpali, "Ojo dikerasi lho. Ojo! (Jangan dikerasi lho. Jangan!)"

Dua-tiga hari setelah penyergapan di Paya Malim itu, saya kembali bertemu Ismail. Sudah banyak perubahan. Lebam di bibirnya sudah hilang. Sayatan kemarin seperti tak pernah ada saja. Saya dengar pulihnya Ismail berkat keterampilan bintara kesehatan merawat Ismail saat diterungku (dikerangkeng).

Hari itu wajah Ismail nampak cerah. Bajunya tak ada bercak darah lagi. Berkali-kali dia mencoba tersenyum ke arah saya. Saya membalasnya, tapi tak berani mendekat. Selalu saja ada serdadu di sampingnya.

Apa kesalahan Ismail sampai ditahan? Sehari setelah penahanan, satu regu serdadu mendatangi rumah-kebunnya di Paya Malim. Di situ, tentara menemukan barang bukti berupa antena handy talky, belerang (bahan dasar pembuatan bom), dan TP (tabung pelontar) yang kadaluwarsa. Tapi tak ada amunisi atau senjata. Habis mengambil barang bukti, rumah itu dibakar.

Saat diinterogasi, Ismail mengatakan barang-barang itu bukan miliknya. Itu, katanya, milik orang GAM yang kebetulan singgah makan ke rumahnya. "Sampai mati pun jawaban saya tetap begitu, Pak," kata seorang bintara menirukan Ismail.

Seorang perwira intel senior tak membeli alibinya itu. Ismail sudah jelas-jelas GAM. "Kalau saya yang dapat pertama kali saya tembak langsung."

Sekitar sepekan setelahnya, Ismail dibebaskan. Tapi dia masih kena wajib lapor ke pos pasukan teritorial satu kali seminggu.

Pasangan suami-istri Cut Ali bin Nasir tak seberuntung Ismail. Mereka ditangkap karena ada laporan bahwa ada pelarian GAM dari Aceh Selatan yang tinggal di Suak Nyamuk, kecamatan Darul Makmur.

Laporannya cukup detail. Dia tinggal bersama istrinya di sebuah rumah kebun. Tak punya anak. Di telunjuk kirinya ada luka bekas tertusuk duri.

Subuh itu menjelang peringatan ulang tahun Tentara Nasional Indonesia 5 Oktober silam, Nasir memang apes. Saat berjaga di kebun, dia tak dapat mengenali kalau 20 meter dari tempatnya duduk, di sela-sela bedeng kacang tanah, ada belasan serdadu yang mengincarnya.

Begitu tanah terang, dia dan istrinya ditangkap. Di rumah itu, tentara tak menemukan satu pun barang bukti yang mendukung Nasir adalah GAM. Tapi keduanya tetap digelandang ke pos tentara teritorial di Meulaboh. Nasir tak sempat memakai sandal saat digiring bersama istrinya.

Dan di sanalah penderitaan mereka bermula.

Nasir lebih dulu diinterogasi. Dia diminta bertelanjang dada. Di hadapan seorang mayor dan beberapa staf intel, Nasir membantah kalau dia terlibat GAM. Bantahan itu mengundang kemarahan.

Saya hanya tahan sebentar mengintip Nasir diinterogasi. Saya mencari Sersan Satu Handoko yang ikut menangkap pria bertato itu. Handoko orangnya simpatik. Banyak warga desa Aceh yang menyenanginya. Seingat saya, Handoko satu-satunya serdadu di Aceh Barat yang fasih berbahasa Aceh. Dia menikah dengan seorang gadis Pidie 1999 silam.

Cerita Dari Mantan GAM Tentang TNI Bag-3

Lanjutan Bag-2 (Cerita Dari Mantan GAM Tentang TNI)

"Diaannncuk! Kenapa berhenti di sini?"

"Kenapa?"

"Wes nggak rahasia lagi. Bocor pasti. Cuak GAM pasti sudah melapor ke hutan. Orang Koramil ini tidak bisa dipercaya."

Ada jeda sebelum sersan satu itu kembali mengumpat, "Diannnnnnnnncukkkkk!"

Selang beberapa menit, saya tahu kalau konvoi ternyata salah jalan. Kami harus balik kanan.

Konvoi lalu bergerak ke sebuah simpang empat yang telah terlewati. Truk masuk ke jalan berbatu. Kiri-kanan persawahan. Makin ke dalam, makin gelap. Perumahan penduduk makin jarang.

"Sebentar lagi sampai," kata seorang serdadu yang duduk di samping saya. Kami masih tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Melihat rokok saya hampir habis, dia menawarkan yang baru. "Santai saja," katanya, tersenyum.

Kami akhirnya sampai di "titik bongkar." Muatan dibongkar depan sebuah pasar kecil. Belasan penduduk yang ronda malam itu terkejut melihat serdadu berlompatan dari bak mobil. Mereka dikumpulkan, diberi pengarahan singkat, dan ancaman. Intinya, cukup mereka saja yang tahu kehadiran pasukan malam ini.

Lima menit kemudian, truk yang telah kosong balik kanan, meninggalkan serdadu yang mulai berbaris menurut kelompoknya.

Si kapten nampak kesal melihat beberapa serdadu lupa di mana kelompoknya.

"Kamu jangan jauh-jauh dari saya," katanya kepada saya.

Empat tim itu mulai bergerak dengan selang keberangkatan sekitar lima menit. Tim Kopassus dan Kostrad yang berangkat pertama.

Tiba giliran tim saya bergerak. Tak sampai dua menit, kami telah mencapai ujung kampung. Pasukan telah melewati lampu jalan yang terakhir.

Gelap menyergap. Saya tak dapat melihat apa-apa dalam jarak setengah meter. Yang saya tahu harus terus melangkah, mengikuti derap lars di depan.

Lima menit, 10 menit. "Har .... Har .... berhenti dulu. Saya ketinggalan." Kapten Dedi Hardono, dengan suara lirih, mencoba meminta prajurit yang bergerak paling depan berhenti.

Panggilan di handy talky itu tak berjawab.

Orang di depan saya mulai jalan setengah berlari. Ternyata kami tertinggal jauh di belakang. Sekitar lima menit setelah kehilangan kontak, tim kembali utuh.

Pasukan terus bergerak. Sekitar setengah jam kemudian, voor spiets (bahasa Belanda; prajurit terdepan dalam formasi tempur) tiba-tiba menghentikan langkahnya. Semua di belakangnya kaget. Kami seperti nenek kehilangan tongkat. Ada yang nyaris mencium tanah karena ditubruk dari belakang. Kaki serdadu di belakang saya rupanya tidak punya rem juga. Larasnya menghantam betis saya.

Pasukan berhenti. Semua jongkok. Saya dapat mendengar gemercik air dari kejauhan. Kami sepertinya jalan dekat saluran irigasi.

Enam meter di depan sana, muncul suara yang lamat-lamat di telinga. "Ssstttttttttttt ....." Rupanya, serdadu paling depan menyuruh yang di belakangnya senyap. Yang di belakangnya juga mengulangi pesan serupa hingga ke telinga serdadu terakhir.

Ada sekitar lima menit kami berjongkok. Tak jelas apa yang melatari sampai voor spiets tiba-tiba berhenti. Tapi tindakannya itu menyebabkan ketegangan yang sedari tadi mengiringi makin menjadi.

Pasukan bergerak lagi .... berhenti lagi .... bergerak lagi .... berhenti lagi.

Sekali dua, pemberhentian tiba-tiba itu meremas-remas jantung. Tapi setelahnya banyak serdadu yang mulai santai. Sudah ada yang berani duduk berselonjor dan melepas kentut. Kewaspadaan mulai menurun.

Saya juga capek. Lutut rasanya mau copot. Mata letih memelototi kegelapan di sekeliling.

Ah, sudah pukul tiga. Sudah dua jam kami berjalan. Kaki rasanya otomatis melangkah mengejar langkah orang di depan. Seandainya tak malu, saya rasanya ingin bilang ke Kapten Dedi agar berhenti dulu dan baru jalan saat tanah sudah terang.

Pasukan berhenti lagi. Kali ini, belum sempat jongkok, ada kata yang merayap dari depan, "Balik kanan. Balik kanan."

Ternyata pasukan salah jalan lagi!

Hampir pukul empat subuh tapi pasukan terus bergerak. Kali ini setengah merunduk saat melintas di sebuah tanah lapang. Setelahnya, semak-semak menghadang. Berkali-kali saya tersandung. Dalam hati saya berharap semoga kami tak salah jalan lagi.

"Mundur. Mundur. Sasaran sudah di depan! Sasaran sudah di depan!"

Pendadakan itu membuat banyak serdadu gelagapan mundur.

Sasaran ternyata sudah di depan sana dan kami hampir menerobos begitu saja tanpa persiapan.

Kapten Dedi menyiapkan formasi penyerangan.

"Mana Minimi," bisiknya, mencari serdadu yang menenteng Minimi.

"Minimi .... Minimi ....." Beberapa serdadu mengulangi panggilan itu. Ada 12 belas pucuk Minimi malam itu tapi tak satu pun yang berada di dekatnya.

Selang sebentar, yang dipanggil akhirnya datang merayap. "Kamu ini ....!" Kapten Dedi berbisik dengan nada membentak.

"Mana wartawan?" bisiknya ke seseorang di dekatnya. Hari masih gelap. Dia tak dapat melihat saya yang tiarap di semak dua meter di kirinya.

Terang-terang tanah, 25 serdadu bergerak mendekat. Sedekat mungkin ke bangunan yang mereka incar. Tiga puluh meter, 20 meter .... 10 meter. "Diancukkkkk!" Setengah terperanjat, beberapa prajurit menyumpahi bangunan 10 meter di depan sana, yang ternyata kandang kambing.

Saat itu baru jelas. Sasaran sebenarnya ada 50 meter sebelah kanan kandang kambing itu. Sebuah gubuk dan beberapa petak rumah kopel beratap seng.

Kokok ayam kian jelas terdengar. Sebentar ini mungkin ada nyawa yang akan meregang.

Pasukan mengepung perumahan di tengah hutan sawit itu dalam formasi L.

"Tang-tang-tang." Beberapa serdadu menghujani rumah beratap seng itu dengan batu. Mereka ingin tahu reaksi penghuninya. Senyap. Tak ada senjata menyalak dari sana.

Prajurit dari Kopassus dan Kostrad bergerak cepat. Mereka telah mengepung rumah itu dari jarak sekitar lima meter. Saya dapat melihatnya jelas dari balik pohon sawit. Mereka terus mendekat.

Lalu sebuah teriakan memecah keheningan, "Ujang, Awewe, Barudak. Kaluar! Kaluar!" Teriakan seorang prajurit Kopassus dari Sunda.

Tapi itu sudah cukup. Seorang perempuan menampakkan diri. Nurhayati yang tak memahami ucapan itu dan tak pernah membayangkan gubuknya akan disatroni serdadu tergopoh-gopoh keluar. Di badannya hanya melekat baju kusam yang kancingnya tak tertutup semua dan selembar sarung coklat yang warnanya memudar.

"Mana Bapak?"

Dibentak begitu, Nurhayati takut. Tangisnya pecah. Pelan-pelan, dari balik pintu, suaminya keluar dengan hanya mengenakan handuk yang juga kusam.

Para serdadu bergerak cepat. Gubuk digeladah bersamaan pemeriksaan rumah kopel di dekatnya. Hasilnya sama. Tak ada senjata.

Beberapa prajurit penasaran. Bagaimana mungkin informasi A-1 salah?

Mereka mendatangi Muhammad yang berdiri kaku di halaman rumahnya. Dua meter di sampingnya, Nurhayati masih berusaha meredakan tangis anak mereka Nurinsana.

Ada dialog. Beberapa serdadu berkali-kali bertanya dalam bahasa Indonesia, sementara Muhammad, dengan sepenuh perhatian, menjawab dalam bahasa Aceh.

Seorang sersan dua yang berdiri di samping saya mulai gerah. Dia pikir satu-dua kali jotosan ke muka Muhammad akan membuat komunikasi nyambung. Bohong kalau dia tidak bisa bahasa Indonesia! Masak tidak bisa sih!?

"Kalau Bapak itu saya pukul, Mas tulis atau tidak?" sersan itu bertanya kepada saya.

Saya jawab dengan menjauh dari tempat itu. Bukannya saya tak mau menulis tapi repot sekali menjawabnya. Dari jarak 20 meter, saya lihat berkali-kali dia menepuk-nepuk senjatanya. Sepertinya dia bertanya apakah pasangan itu pernah melihat orang membawa barang seperti senjata yang disandangnya.

Dia menyerah. Saat sarapan pagi di depan rumah kopel itu, dia berkomentar singkat, "Memang belum rezeki."

Yang kebagian rezeki pagi itu justru Nurhayati dan tetangganya. Lepas sarapan, beberapa serdadu membagikan jatah biskuit atau nasi kaleng yang tak menarik selera mereka. Seorang ibu yang lewat di depan rumah Nurhayati ikut ditawari. Awalnya, dia menolak karena mengira nasi kaleng itu bom.

Berasambung .....


Diambil dari Alfian Hamzah

Cerita Dari Mantan GAM Tentang TNI Bag-2

Operasi Penyergapan

MALAM itu 100 orang serdadu disiapkan menyergap persembunyian GAM di wilayah Jeuram. Sebuah kekuatan besar untuk menghadapi musuh yang ditaksir 30 orang. Ada pengarahan tambahan setelah seorang mayor memberikan perintah operasi. "Kalian jangan salah lirik," katanya, "Ada empat orang sipil yang ikut dengan kita. Tiga orang ini adalah panah (penunjuk jalan). Yang di belakang itu wartawan. Dia sudah dapat izin dari Pangkoops. Liat baik-baik mukanya."

Mayor itu sepertinya dapat membaca kecemasan saya. Saya satu-satunya orang yang berpakaian preman malam itu. Tiga sipil lainnya mengenakan setelan loreng tentara. Salah seorang bahkan menyembunyikan wajahnya di balik shebo karena mengira saya bisa membongkar identitasnya.

Pengarahan ditutup dengan doa. Sesudah doa, seluruh serdadu sudah tahu apa yang harus mereka lakukan: mengokang senjata. Seratus-seratusnya. "Krak-krak-krak-krak-krak ....." Ramai tangkai pelocok beradu dengan besi pembungkus kamar senjata.

Beberapa prajurit juga dibekali senapan pelontar granat. Panjangnya sekitar dua jengkal. Hitam manis warnanya. Diameter larasnya seukuran kaleng soft drink. Granat yang ditembakkan dari laras itu berbentuk tabung. Setengah jengkal panjangnya, kaliber 40 milimeter. Sebagian serdadu menyebutnya granat lintas mekar. Bila mengenai sasaran, serpihannya akan bermekaran seperti bunga kol. Bayangkan jika itu mekar di tubuh manusia .....

Soal suara, jangan ditanya. Bila meletus, granat itu cukup untuk membuat musuh kecut. "GAM hanya ketawa kalau dengar SS-1. Mereka itu hanya takut sama Minimi, TP, dan SPG," kata seorang prajurit kepala.

Senapan Pelontar Granat atau SPG memiliki banyak kesamaan dengan GLM (Grenade Launching Machine). Peluncur granat GLM melekat di M16 sedangkan SPG melekat di senapan serbu SS-1.

Minimi. Senapan Belgia ini sanggup menghamburkan ratusan butir peluru hanya dalam hitungan detik. Panjangnya sekitar semeter, hampir sama dengan panjang SS-1. Amunisinya sama-sama berkaliber 5,56 milimeter kendati pada Minimi amunisi dalam renteng sepanjang dua meter.

Di setiap rentengnya, amunisi terikat empat-empat. Setiap treknya ada tiga amunisi Anti-Personel dan satu amunisi pembakar. Rumput kering akan terbakar jika tersiram amunisi pembakar itu.

Soal ukuran diameter, laras Minimi sedikit lebih besar daripada laras SS-1. Jika 200 butir peluru muntah dalam sekali tarik picu, laras Minimi akan memerah seperti besi tempa. Karena itu, penembak Minimi selalu membawa laras cadangan di ransel.

Malam itu saya melihat banyak prajurit yang menggantung Tabung Pelontar atau TP di pinggang. Ada TP Anti-Tank dan TP Anti-Personel. Yang Anti-Tank berwarna hitam dan yang Anti-Personel berwarna hijau. Mereka hanya membawa TP Anti-Personel.

TP Anti-Personel tersimpan dalam sebuah tabung plastik. Barangnya sepanjang dua jengkal orang dewasa. Modelnya seperti roket mini. Ada serdadu yang pernah kurang ajar menakut-nakuti seorang kakek dengan menyelipkan roket itu di bajunya. Kakek itu menangis sesegukan karena cemas roket itu meledak di perutnya.

Jika Anda ingin mendengar letusan TP, pasang saja di laras SS-1. Proyektil yang keluar dari laras SS-1 akan menghantam picu TP dan membuat granat di ujungnya melenting hingga 400 meter. Begitu mengenai permukaan keras, granat itu akan meledak. Apa saja yang rapuh dalam radius 15 meter dari lokasi ledakan akan terhambur. Yang kering akan terbakar.

"Ini jangan dinyalakan yah," kata Kapten Dedi Hardono ketika melihat saya membawa tape recorder. Kapten Dedi adalah perwira seksi operasi. Dia panglima perangnya Batalyon 521 di Aceh Barat. Dia tak ingin lampu merah penanda rekaman di tape recorder saya merusak kerahasiaan gerak pasukan di gelap malam.

Tepat tengah malam, kami berangkat menumpang empat truk Mercedes-Benz. Nyaris tak ada pembicaraan selama perjalanan. Serdadu tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Beberapa di antaranya menyalakan rokok, mengisapnya dalam-dalam, karena mereka tak bisa merokok dalam operasi.

Truk melaju dengan kecepatan sedang. Deru mesinnya berpadu dengan embusan angin yang seolah hendak merobek terpal mobil. Jalanan sepi. Di luar sana gelap.

Sekitar sejam kemudian, gerak konvoi tiba-tiba berhenti di depan Komando Rayon Militer Jeuram, kecamatan Nagan Raya.

"Diaannncuk! Kenapa berhenti di sini?"

Bersambung.....


Diambil dari Alfian Hamzah


Cerita Dari Mantan GAM Tentang TNI

Markas Burung

RASA bosan adalah salah satu beban dalam peperangan. Saya juga merasakannya. Rekor saya tinggal di pos hanya tiga hari. Memasuki hari keempat, saya mulai mencari informasi kapan ada lanjutan ke kota atau ke pos lain.

Orang-orang pos punya berbagai macam cara untuk mengatasi kebosanan. Mereka punya dunia sendiri. Bangun pagi, seisi pos sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Yang memelihara burung akan memandikan piaraannya. Makhluk-makhluk itu disuapi makanan, diajari bicara, diajak berjemur menikmati matahari pagi, diperbaiki sangkarnya. Kadang mereka menyetelkan lagu buat piarannya itu. "Biar suaranya bagus," kata seorang serdadu.

Banyak tentara dari Jawa suka memelihara burung. Saya pernah mendapati pos dengan 40 buah sangkar burung, dua kali lipat dari jumlah penghuni pos. Kicauan burung-burung terdengar hampir setiap saat. Suaranya bahkan lebih nyaring ketimbang kicauan teman-temannya di hutan belakang pos.

Burung memang mudah didapatkan di Aceh Barat. Biasanya, warga yang datang berobat (gratis) ke pos menyerahkan burung atau makanan burung. Ada banyak jenis burung. Murai batu yang paling sering saya lihat di samping perkutut, beo, dan tekukur.

Membuat sangkar burung jadi kesibukan tersendiri. Rangkanya dari kayu, jerujinya dari bambu. Orang pos membuatnya bermodalkan sangkur dan besi panas untuk melubangi rangka. Ukurannya bervariasi. Yang paling besar yang pernah saya lihat seukuran tempat tidur anak lima tahun. Dipernis dan dicuci tiap hari. Mereka kadang menamai burung piaraannya dengan nama orang-orang GAM yang jadi target operasi di Aceh Barat, seperti "Juragan" dan "Cut Man."

Biasanya, setelah merawat binatang piaraan, orang pos merawat diri. Di setiap pos, selalu ada peralatan fitness seperti barbel, erekan, dan samsak. Mereka tak ingin pulang tugas dengan perut buncit.

Sudah itu mandi. Tentara umumnya mandi telanjang bareng-bareng. Yang tidak suka, biasanya mandi pakai celana kolor atau pas sumur sepi. Mandi dan sekalian mencuci pakaian. Baju dan celana loreng biasanya dicuci dua kali seminggu. Kalau lebih dari itu, di baju ada garis-garis putih yang kalau banyak seperti peta saja. Awalnya saya kira peta itu terbentuk karena mereka tak bersih saat membilas. Kemudian seorang serdadu bercerita kalau peta itu karena air keringat (bergaram) yang menempel di baju. Pakaian yang kering habis dijemur biasanya langsung dilipat.

Kegiatan bersama orang pos sudah direncanakan sejak malam sebelumnya. Komandan peleton atau bintara sudah menunjuk siapa giliran patroli dan jaga pos. Porsinya setengah-setengah. Sepuluh orang patroli, sisanya jaga pos plus memasak.

Mereka bergiliran masak. Sejak lepas subuh, mereka mandi asap kayu bakar di dapur. Pagi sarapan dengan telur dadar dan nasi panas. Baru siangnya ada sayur dan ikan. Kalau ada kelapa, mereka bikin sayur santan. Ikannya rata-rata digoreng. Nanti kalau banyak bawang merah dan cabai besar, ikan goreng itu diberi bumbu. Soal rasa bergantung pada siapa yang memasak. Terkadang terlalu asin dan seringkali anyep karena kurang bumbu.

Ada satu menu yang tak pernah hilang di pos: sambel. Kalau ada terasi, pakai terasi. Kalau tidak, ya cabai, tomat, bawang, garam dan sedikit vietsin diulek. Tentara Jawa biasanya bawa ulekan akar pring dari Jawa sana. Mereka tak nyaman memakai ulekan Aceh yang besarnya seperti lesung penumbuk padi.

Masih soal menu, saya pernah terperanjat menyaksikan mewahnya daftar menu pos Rajawali di Kabong. Menu ditulis jelas-jelas di papan dapur. Pagi: Nasi Putih, Telur, Teh Manis, Krupuk. Siang: Ayam Goreng, Sop, Empal, Lodeh, Sayur (asam/bening), Ikan Asin, Sambal, Lalap. Sore: Sarden, Cornet, Ikan Bakar, Opor Ayam, Gudeg, Soto, Telur. Makanan tambahan: Susu, Jeruk, Mi (rebus/goreng), Telor setengah matang, Kelapa muda. Ternyata ini hanya fantasi orang dapur saja. Realitasnya ya sama dengan pos lain.

Jadwal makan orang pos teratur, pagi biasanya antara pukul tujuh dan pukul delapan, siang sebelum masuk duhur, dan makan malamnya menjelang magrib. Mereka biasanya makan dengan serba plastik: piring plastik, sendok plastik, dan gelas plastik. Semua peralatan makan itu, termasuk peralatan masak, dibeli dengan uang sendiri.

Setiap bulannya, mereka dapat pembagian beras dan beberapa kaleng konserven (makanan kaleng). Praktis orang pos tinggal mencari lauknya. Rata-rata per orang menyetor Rp 1.000 setiap makan. Mereka kadang minta ikan kepada nelayan atau penjual yang lewat depan pos.

Semua mengambil makanan di dapur kecuali komandan pos. Bos satu ini memang spesial. Dia yang paling duluan dapat jatah makanan, porsinya lebih banyak, dan diantar ke kamarnya. Kalau saya datang, orang dapur punya dua bos. Seringkali apa-apa wartawan duluan. Saya pernah mendengar seorang serdadu menegur temannya karena mengambil makan terlalu banyak. "Nanti wartawan tidak dapat."

Suatu saat, saya iseng bertanya kepada orang dapur, "Kok kita nggak pernah makan daging?"

"Bagaimana kalau saya tembakkan Bandung Ambon Bandung Irian?"

Saya menolak karena tak makan babi.

"Kalau (saya tembakkan) burung rangkong mau?"

"Kelelawar?"

Saya tetap menggeleng dan iseng-iseng bertanya, "Orang pos bagaimana bisa marah kalau tidak makan daging?"

"Bang, tentara itu biar tidak makan daging sudah sangar."

Patroli adalah saat orang pos bergaul dekat dengan warga desa. Satu hingga enam bulan pertama mereka masih menikmatinya. Tapi kalau sudah lewat enam bulan, istilah tentara sudah masuk yang namanya "masa bodoh." Di kepala prajurit yang terpikir cuma kapan pulang. Mereka biasanya kembali hapal hari dan tanggal berapa sekarang. Satu sampai enam bulan pertama boro-boro.

Saat patroli mereka akan bertegur sapa dengan setiap orang desa. Kadang mereka singgah sekadar untuk tahu berapa jumlah penghuni rumah dan siapa-siapa saja orangnya.

Setiap pekan, orang pos sudah punya jadwal desa mana yang harus mendapatkan apel. Mereka memilih hari Jumat karena orang kampung di Aceh tak pergi ke ladang hingga usai jumatan.

Saya pernah mengikuti apel di desa Mugah Rayeuk. Jangan bayangkan apel yang kaku. Ini tanpa baris-berbaris, terkesan santai saja. Warga desa, tua muda laki perempuan, berkumpul di tempat yang teduh dan komandan pos berdiri di depan.

Acara pertama absensi. Orang-orang desa diabsen. Kalau seisi rumah tak bisa datang, mesti ada yang mewakili. Mereka utamanya yang pernah terlibat GAM. Orang pos punya catatannya. Mereka mendapatkan catatan itu dari pasukan yang bertugas sebelumnya. Mereka yang ada namanya di daftar itu harus melakukan registrasi ulang setiap pasukan di pos berganti. Pemutihan, istilahnya.

Selepasnya, ada pengarahan dari komandan pos. Isinya macam-macam. Tapi intinya ini: "Jaaaaaaaaaaaaangan sekali-sekali ikut GAM. Tidur di hutan itu tidak enak. Saya di pos sana nyamuknya saja sudah minta ampun. Anak ditinggalin, istri ditinggalin. Kalau ikut ke sana akibatnya rugi semuanya. Nggak usah gaya-gayaan bawa senjata, bapak-bapak. Tidak ada gunanya! Mendingan kita ambil cangkul, pergi ke ladang, ada hasil bisa dimakan sama-sama dengan keluarga."

Kalau ada apel, mungkin keuchik (kepala desa) yang paling terbebani pikirannya. Dia harus punya jawaban kalau orang pos bertanya kenapa si A atau si B tak ikut apel. Dia juga kadang jadi sasaran awal kekesalan tentara terhadap apa yang terjadi di desa.

Pernah suatu hari saya bertanya kepada orang pos apa yang akan dilakukannya kalau pos diserang. "Gampang," katanya, "Cukup panggil keuchik dan suruh orang desa apel dan guling di jalan sampai aspal di depan pos ini rata."

Keuchik juga kadang jadi sasaran kekesalan orang GAM. Sudah banyak keuchik yang mati karena berselisih dengan orang GAM. Biasanya soal pajak. Pajak Nanggroe, istilahnya. Saya tak pernah melihat langsung orang GAM memungut pajak, tapi saya punya contoh kwitansinya. Isinya memuat keterangan nama barang yang diserahkan dan berapa jumlahnya dalam bahasa Aceh. Di pojok bawah kwitansi tertera keterangan "aseuli meuwarna, fotocopy hana sah" (asli berwarna, fotokopi tidak sah).

Sepulang patroli, orang pos beristirahat. Selepas asar, mereka berolahraga. Ada yang turun main voli (enam yang main, empat mengamankan) dengan warga desa. Ada juga yang kembali menekuni alat-alat fitness.

Kalau capek gerak badan seharian, begitu habis isya orang pos langsung tidur. Jangan bayangkan ada kasur dan ranjang di pos. Mereka tidur beralaskan matras dan berjejer di sebuah ruang panjang seperti bangsal rumah sakit. Biasanya, dari rumah mereka sudah membawa bantal, yang kadang ada sulaman nama istri dan anak-anaknya.

Yang belum ngantuk biasanya nonton VCD. Orang pos punya banyak koleksi VCD dari film Mickey Mouse, Tom and Jerry, hingga film India Kuch-Kuch Hota Hai. Tapi yang sering diputar VCD Dangdut Koplo (itu lho, dangdut yang penyanyinya berpakaian superketat dan melenggok-lenggok menirukan adegan di film porno). Kadang, kalau punya persediaan, mereka nonton VCD porno yang mudah dicari di rental VCD di kota terdekat.

Tidurnya serdadu di pos selalu disela jadwal jaga serambi. Biasanya mereka berjaga selang sejam. Ini berlaku buat semua penghuni pos. Saat jaga, semua lampu dipadamkan. Di pos jaga selalu ada senapan otomatis.

Kalau pas malam Jumat, di pos biasanya ada yasinan. Tahlilan kalau orang pos mendengar ada tentara Indonesia mati di Aceh. Dan kalau malam Minggu, orang pos biasanya gitar-gitaran. Banyak yang pintar menyanyi. Dangdut biasanya. Instrumen musik yang digunakan lumayan lengkap. Ada gitar melodi, drum, bass, suling, dan lain-lain. Tapi .... semuanya dengan mulut.

Minggu siang waktunya pelesiran. Pelesiran tentara di Aceh tetap saja dengan senjata sudah dikokang. Tujuan mereka biasanya ke kota kecamatan atau ibukota kabupaten. Tempat yang pertama kali mereka datangi biasanya warung telekomunikasi. Di situ mereka melepas rindu dengan orang di rumah.

Saban minggunya, ada ratusan tentara yang turun gunung untuk menelepon. Mereka yang seringkali bayar mahal adalah serdadu yang sudah berkeluarga. Makin banyak anak makin besar yang mereka bayar. Kadang sampai Rp 90 ribu sekali telepon.

Selain telepon, banyak serdadu yang memilih berkomunikasi lewat surat. Saya pernah melihat seorang serdadu yang sekali duduk menulis sampai 10 surat. Dia masih bujangan.

"Banyak fans," katanya.

Bersambung....

Diambil dari Alfian Hamzah



Persatuan Isteri Prajurit Persit Kartika Chandra Kirana


Persit Kartika Chandra merupakan organisasi Persatuan Isteri Prajurit TNI Angkatan Darat.

Isteri Prajurit Angkatan Darat mutlak tidak dapat dipisahkan dari TNI Angkatan Darat, baik dalam melaksanakan tugas organisasi maupun dalam kehidupan pribadi. Oleh karena itu isteri prajurit TNI Angkatan Darat harus membantu TNI Angkatan Darat dalam menyukseskan tugasnya baik sebagai kekuatan pertahanan maupun sebagai komponen pembangunan bangsa untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia

Sampai dengan saat ini Persit telah membantu Kepala Staf TNI Angkatan Darat dalam Pembinaan isteri Prajurit dan keluarganya khusunya bidang mental, fisik, kesejahteraan dan moril. Tugas lainnya adalah mendukung kebijaksanan pimpinan TNI AD dengan membina dan mengerahkan perjuangan isteri anggota TNI AD, menciptakan rasa persaudaraan, dan kekeluargaan, rasa pertsatuan dan kesatuan serta kesadaran nasional.

Kegiatan Persit antara lain melakukan kegiatan di bidang organisasi, ekonomi, pendidikan, budaya dan sosial dengan persetujuan pembina utama Persit Kartika Chandra Kirana atau Pembina dan sepengetahuan Dharma Pertiwi setingkat.

“KARATEKA HANDAL PAPUA”

Sertu Zakarias :

Sejalan dengan bertambah usia bertambah pula prestasi yang diraih. Ungkapan ini sangat tepat dialamatkan kepada warga Kodam XVII/Cenderawasih dimana diusianya yang ke-55 tahun 2007 makin mempersona berkat prestasi prajuritnya melalui berbagai cabang olahraga, yang salah satunya dari cabang olahraga karateka. Adalah Sertu Zakarias M atlit cabang karate yang prestasinya tidak perlu diragukan lagi. Suami dari Yanne Wangga E kelahiran Merauke 34 tahun yang lalu berhasil mempersembahkan medali emas pada Porad V tahun 2007 di Bandung beberapa waktu yang lalu. Tidak hanya dalam lingkungan militer, dalam event olahraga tingkat nasional seperti Pon berlangganan meraih medali emas, misalnya pada Pon ke- XV tahun 1997 di Surabaya dan Pon ke-XVI tahun 2004 di Palembang. Bapak dari Zenifirts memberi resep kunci kesuksesan kariernya di dunia olahraga karate. Dengan disiplin yang tinggi dan latihan yang tekun serta kemauan dan kesungguhan bapak satu anak yang sehari-hari berdinas di Rindam XVII/Cenderawasih mampu mengharumkan nama Papua dan Kodam XVII/Cenderawasih di kancah nasional diantaranya :

  1. Medali emas pada kejuaraan KKI di Bekasi tahun 1995 Medali perunggu pada PON di Jakarta tahun 1996
  2. Peringkat IV Sea Games Jakarta tahun 1997 - Medali emas PON XV Surabaya tahun 1997 - Medali perunggu piala Kasad Palembang tahun 2002
  3. Medali Emas KKI Kalbar tahun 2002
  4. Medali emas piala Kasad 2002
  5. Medali perunggu pada Indonesia Open tahun 2002 - Medali emas PON XVI Palembang tahun 2004
  6. Medali emas PORAD tahun 2007
Karateka handal andalan Papua lulusan Secata tahun 1995 dan Secaba tahun 2001 berharap ke depan dapat meningkatkan prestasinya, baik pada olahraga karate dan karier militer. Dia punya harapan tinggi terhadap olahraga karate mengingat usianya yang tidak muda lagi supaya muncul atlit-atlit muda sebagai penerusnya dalam mengharumkan Kodam XVII/Cenderawasih, TNI Angkatan Darat dan Papua. Dia berfasafah bahwa keberhasilan hanya dapat diraih berkat kerja keras serta disiplin yang tinggi

Info Syarat Pendaftaran Prajurit

Rekruitment

Prajurit TNI AD,direkrut dari masyarakat umum dalam upaya memenuhi kebutuhan organisasi TNI AD. Untuk memperoleh prajurit baru yang berkualitas serta mampu memenuhi tuntutan tugas, maka penyediaan prajurit dilaksanakan melalui penerimaan dan pengerahan dengan kegiatan-kegiatan pengujian atau penyaringan berdasarkan persyaratan yang ditentukan.

Persyaratan Umum untuk menjadi prajurit adalah :

1. Warga negara Republik Indonesia,
2. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
3. Setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945,
4. Sudah berumur 18 tahun,
5. Sehat jasmani dan rohni, serta
6. Tidak sedang kehilangan hak menjadi prajurit berdasarkan
7. Keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
8. Selain itu, harus memenuhi persyaratan lain yang ditentuka dan lulus dari pengujian atau lulus dari penyaringan.

Penerimaan Prajurit di lingkungan TNI AD di bagi dalam 3 kelompok yaitu kelompok Tamtama, Bintara dan Perwira.

Tamtama :

Membentuk prajurit dalam tatanan organisasi TNI/TNI AD sebagai prajurit pelaksana yang terpercaya dengan keterampilan yang tinggi. Karena itu pendidikan Tamtama bertujuan membentuk dan mengembangkan pemuda-pemuda warga negara Indonesia yang memenuhi syarat sesuai ketentuan untuk menjadi Calon Tamtama umum TNI AD.

Bintara :

Membentuk prajurit Bintara dalam tatanan organisasi TNI sebagai pimpinan unit kecil, juru, pelatih, pengawas serta tulang punggung pelaksana tugas TNI/TNI AD. Karena itu pendidikan Bintara bertujuan membentuk dan mengembangkan Bintara; agar mampu, cakap serta mahir melaksanakan tugas dan jabatan sesuai dengan lapangan penugasannya.

Pendidikan Perwira.

Membentuk prajurit Perwira dalam tatanan organisasi TNI/TNI AD sebagai pemimpin dalam arti luas. Dalam arti sebenarnya, yaitu Pimpinan yang mempunyai nilai kejuangan dan kemampuan profesi yang tinggi. Karena itu Pendidikan Perwira bertujuan membentuk dan mengembangkan Perwira agar: mampu, cakap serta mahir melaksanakan tugas dan jabatan sesuai dengan lapangan penugasan, sebagai kekuatan Pertahanan.

TAMTAMA

PENDAFTARAN TAMTAMA

WAKTU PENDAFTARAN :
Gelombang I
1. Pendaftaran : Januari s.d Pebruari
2. Pemeriksaan uji tk Daerah : Pebruari s.d April
3. Sidang Panitia Daerah : Minggu-4 April
4. Buka Pendidikan : awal Mei

Gelombang II
1. Pendaftaran : Juli s.d Agustus
2. Pemeriksaan uji tk Daerah : Agustus s.d November
3. Sidang Panitia Daerah : Akhir November
4. Buka Pendidikan : Awal Desember

TEMPAT PENDAFTARAN :
1. Ajen Kodam
2. Ajen Korem
3. Kodim
Alamat Lengkap Tempat Pendaftaran (Klik disini)

PERSYARATAN TAMTAMA PK

1. Warga Negara Indonesia Pria dan bukan prajurit TNI, Polri dan PNS.

2. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3. Setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945.

4. Umur pada saat masuk pendidikan pertama tanggal 5 Mei 2008 untuk gelombang I, dan tanggal 1 Desember 2008 untuk gelombang II, tidak kurang dari 18 (delapan belas) tahun dan tidak lebih dari 22 (dua puluh dua) tahun.

5. Serendah-rendahnya beijazah SMP/Tsanawiyah Negeri atau yang setara.

6. Tidak kehilangan hak untuk menjadi Prajurit TNI, berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

7. Berkelakukan baik dinyatakan dengan Surat Keterangan dari Polres setempat

8. Belum pernah nikah dan sanggup tidak nikah selama mengikuti pendidikan pertama dan 2 tahun setelah diangkat menjadi prajurit.

9. Berbadan sehat (jasmani dan rohani) dan bebas Narkoba, tidak berkacamata.

10. Tidak bertato/bekas tato dan tidak ditindik/bekas tindik telinganya atau anggota badan lainnya, kecuali karena ketentuan agama/adat.

11. Tinggi badan tidak kurang dari 163 Cm dan berat badan seimbang.

12. Surat Persetujuan/ijin orang tua/wali. Bagi calon yang menggunakan wali agar diisi keterangan sesuai dengan yang menjadi wali yaitu : Bapak tiri/kakak/paman/bibi dengan meneliti KTP orang tua/wali (sesuai Surat Keputusan Panglima TNI nomor Skep/57/I/2003 tanggal 24 Pebruari 2003).

13.Bagi yang sudah bekerja :

a. Melampirkan Surat Persetujuan/ijin dari kepala dinas/jawatan/instansi yang bersangkutan.

b. Bersedia diberhentikan dari status pegawai, bila diterima menjadi Tamtama PK TNI AD.

14. Pas foto hitam putih terbaru sebanyak 15 lembar ukuran 4 x 6 cm

15. Harus mengikuti seleksi, pemeriksaan/pengujian dan pemilihan yang diselenggarakan oleh panita penerimaan yang meliputi :

a. Administrasi.
b. Kesehatan.
c. Jasmaniah.
d. Wawancara.
e. Psikologi.

16. Bersedia menjalani Ikatan Dinas Pertama (IDP) selama 7 tahun.

17. Bersedia ditempatkan dimana saja, diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

18. Bersedia menaati peraturan bebas KKN baik langsung maupun tidak langsung. Apabila terbukti secara hukum melanggar sebagaimana yang dimaksud, maka bersedia dinyatakan tidak lulus dan atau dikeluarkan dari Dikma jika pelanggaran tersebut diketemukan dikemudian hari pada saat mengikuti Dikma.

BINTARA

1. Pendaftaran : Mei s.d Juni
2. Pemeriksaan uji tk Daerah : Juni s.d Oktober
3. Sidang Panitia Daerah : Pertengahan Oktober
4. Pemeriksaan/Uji tk Pusat : Akhir Oktober
5. Sidang Panitia Pusat : Awal Nopember
6. Buka Pendidikan : Minggu-2 Nopember

TEMPAT PENDAFTARAN :
1. Ajen Kodam
2. Ajen Korem
3. Kodim
Alamat lengkap tempat pendaftaran (klik disini)


PERSYARATAN BINTARA PK TNI AD

1. Warga Negara Indonesia.

2. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3. Setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

4. Umur pada saat masuk Pendidikan Pertama Dikma tanggal 6 Nopember 2008 tidak kurang dari 18 tahun dan tidak lebih dari 22 tahun.

5. Berkelakuan baik dan dinyatakan dengan SKCK dari Polres setempat.

6. Tidak sedang kehilangan hak untuk menjadi prajurit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

7. Sehat jasmani dan rohani, bebas narkoba, tidak berkacamata, tidak bertato/bekas tato dan tidak ditindik/bekas tindik telinganya atau anggota bdan lainnya, kecuali karena ketentuan agama/adat..

8. Pria dan wanita, bukan mantan prajurit TNI/Polri atau PNS TNI.

9. Lulusan SMA/SMK/Madrasah Aliyah atau setingkat baik negeri atau swasta yang disamakan. sengan persyaratan NEM/nilai rata-rata ujian nasional sebagai berikut :

a. Lulusan tahun 2002 dengan ketentuan :

1) Untuk Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jawa Barat, Banten, DKI Jaya, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Sulawesi Tengah minimal 4 (empat)

2) Untuk Riau, Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi tenggara, Sulawesi utara, Sulawesi Selatan dan Gorontalo minimal 3,5 (tiga setengah)

3) Untuk Nanggroe Aceh Darussalam, Kalimantan Tengah, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Papua minimal 3 (tiga).

2) Lulusan tahun 2003 (tidak ada perbedaan nilai antar daerah) dengan nilai ujian nasional rata-rata 6 (enam).

3) Lulusan tahun 2004 s.d 2008 lulus ujian nasional.

10. Belum pernah nikah dan sanggup tidak nikah selama mengikuti pendidikan pertama dan 2 tahun setelah diangkat menjadi prajurit.

11. Tinggi badan tidak kurang dari 163 Cm untuk Pria dan 157 Cm untuk Wanita serta berat badan seimbang.

12. Perstujuan/ijin orang tua wali. Bagi calon yang menggunakan wali agar diisi keterangan sesuai dengan yang menjadi wali yaitu : Bapak tiri/Kakak/Paman/Bibi dengan meneliti KTP orang tua/wali (sesuai Keputusan Panglima TNI Nomor Skep/57/II/2003 tanggal 24 Pebruari 2003).

13. Bagi yang sudah bekerja :

a. Melampirkan surat persetujuan/ijin dari kepala dinas/jawatan/instansi yang bersangkutan.

b. Bersedia diberhentikan dari status pegawai, bila diterima menjadi Bintara PK TNI AD.

14. Pas foto hitam putih terbaru sebanyak 15 lembar ukuran 4 x 6 cm.

15. Harus mengikuti seleksi, pemeriksaan/pengujian dan pemilihan yang diselenggarakan oleh panitia penerimaan yang meliputi :

a. Administrasi.
b. Kesehatan.
c. Jasmaniah.
d. Wawancara.
e. Psikologi.

16. Bersedia menjalani Ikatan Dinas Pertama (IDP) sekurang-kurangnya 10 (sepuluh).

17 Bersedia ditempatkan diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

18. Bersedia mentaati peraturan bebas KKN baik langsung maupun tidak langsung. Apabila terbukti secara hukum melanggar sebagaimana yang dimaksud, maka harus bersedia dinyatakan tidak lulus dan atau dikeluarkan dari Dikma jika pelanggaran tersebut diketemukan dikemudian hari pada saat mengikuti pendidikan pertama.

Tetap Eksis di Tengah Krisis

Cerita ini diambil dari Manado Post diharapkan sebagai gambaran kepada seluruh personel Yonif Linud-433/JS bisa mencontoh dan menauladani serta mengambil hikmah dibalik cerita ini.

Krisis yang melanda dunia boleh dikata telah ikut mempengaruhi beberapa bisnis dan usaha di Indonesia. Namun siapa sangka kalau jasa sol sepatu mampu bertahan tanpa terpengaruh krisis.

Laporan : Ronly Wangania

DALAM sehari, Sujono Maskeke dan rekan-rekannya mengaku bisa mengumpulkan uang rata-rata diatas Rp 50.000 per hari lewat jasa sol sepatu yang digelutinya sejak tahun 1985. “Standar (pendapatan) satu hari itu bisa diatas Rp 50.000, jarang kurang dari itu,” kata Sujono di tempat usahanya di kompleks TKB kemarin siang.
Kalau saat ini sektor usaha dan jasa lain ikut terkena imbas, usaha jasa sol sepatu bisa dibilang nyaris tak terkena dampak. “Setiap hari selalu ada yang datang sol sepatu, paling rendah 5 pasang sepatu yang boleh torang kerjakan setiap hari,” jelasnya.
Dengan upah yang relatif berbeda, antara Rp 7500–12.500, tergantung bahan jahitannya, Suyono mengaku, kerap bekerja sampai malam hari. Tak heran, jika penghasilannya relatif lebih di atas Rp 50.000/hari. Apalagi menurutnya, menjelang hari raya Natal ini penghasilannya sedikit bertambah bahkan nyaris 50% dibanding pendapatan normalnya. Ismail, pelaku bisnis jasa sol sepatu lainnya, sudah melakoni usaha jasa sol sepatu sejak setahun lalu. Ismail bisa mengumpulkan uang yang cukup setiap tahun untuk mudik ke kampung halamannya di Gorontalo.
“Pokoknya setiap pulang kampung setiap tahun, ada uang yang boleh dibilang lebih dari cukup mo bawa pulang,” tuturnya. Karenanya Ismail memilih bertahan di jasa sol sepatu ini karena pekerjaannya yang relalif sederhana dan tak pernah khawatir akan naiknya harga bahan baku atau menurunnya daya beli akibat krisis. “Berbekal keahlian sedikit dengan jarum dan senar torang so boleh dapa doi,” tambahnya.


Awas..!! Bahaya Gereja Setan di Manado


Berita Dari Gereja Setan (Pengakuan Prince of Michael, Pimpinan Gereja Setan di Indonesia)
  • Awas!

ABG diperalat sebagai ujung tombak gereja setan

  • 4 team gereja setan:
  • The Mou Mou
  • Children Of God
  • Dragon Team
  • Satan Web
  • Manado

Merupakan pusat gereja setan No.2 di dunia, setelah California.

  • Hari-hari khusus mereka:
  • Halloween
  • Solstice
  • Equinox
  • Black sabath



Nama Rina dan Laura. Minggu-minggu terajhir bulan Maret 1999 sempat berkibar di bumi Minahasa. Tepatnya di kota Manado. Rina dan Laura merupakan dua dari sembilan pengikut Gereja Setan yang berhasil dibebaskan dari kuasa setan yang selama ini menguasai hidupnya. Dibebaskannya Rina dan Laura dari pengaruh kuasa gelap, seakan membuka mata para hamba Tuhan di bumi Minahasa khususnya, dan umat Kristiani pada umumnya bahwa ancaman pihak gereja setan bukan sekedar guyon-guyonan. Hal ini terungkap dari pengakuan Rina dan Laura di hadapan para Hamba Tuhan.

"Saya dinobatkan menjadi istri lucifer, di tahun 1996 lewat suatu upacara perkawinan" aku Rina tanpa ragu-ragu. Selanjutnya iapun mengaku bahwa sebagai pasangan suami istri lucifer, mereka sudah melakukan hubungan intim sebagaimana layaknya. "Saya belum memeriksa apakah saya masih gadis. Saya tak berpikir kesitu" lanjut Rina yang nama lengkapnya Rina Harsum Tamanampo.

Lain lagi cerita Laura Gansalangi, yang biasa dipanggil Laura. Ia mengaku mendapat nama panggilan ACE yang jika dibaca menjadi ASE singkatan dari Anak Emas Setan. Menurut kedua gadis ini, kota Manado memang merupakan sasaran utama gereja setan.

The Dragon Team


Berdasarkan pengakuan Rina dan Laura diketahui bahwa struktur organisasi gereja setan (GS) sangat rapi. Di eselon teratas adalah lucifer si biang bala yang harus disembah. Sedangkan di bawahnya adalah Prince of Michael. Kemudian di bawah Prince of Michael terdapat empat tim dengan nama masing-masing: 1. Dragon Team (Tim Naga) dipimpin oleh RYAN, si bule asal kota Pittsburg, AS. Tim ini beranggotakan 12 orang dan termasuk Tim Elit. Tak sembarang orang bisa masuk Tim Naga. Menyusul Tim: The Mou-Mou – Satan Web (Jaringan Setan) dan Children of God.

Masing-masing tim ini beranggotakan 250 anggota. Setiap anggota baru, langsung terdaftar dan namanya dibukukan dengan rapi. Yang menjadi anggota bukan sembarangan orang. Mereka adalah orang pilihan baik dari segi mental maupun intelektual. Dan, sasaran utama mereka ialah ABG alias Anak Baru Gede yang kemudian diperalat sebagai ujung tombak gerakan mereka. Konon, gereja setan memiliki perangkat komputer dengan sistem yang amat canggih dan Data Base mereka mampu menampung 8 milyar data manusia.

Children of God (COG)

Dari keempat Tim di atas, mungkin Tim Children of God (COG) yang pernah membuat heboh umat Kristiani di Indonesia. Sekitar tahun 80an merembes di bumi Indonesia & pengajarannya menjurus keajaran asusila sehingga dikecam bahkan dikutuk pemuka Agama. Akibatnya Jaksa Agung melarang barang2 cetakan COG. Bahkan Dirjen Bimas Protestan menghimbau pimpinan gereja, agar meningkatkan pembinaan warga jemaatnya dengan surat edaran tanggal 13 Maret 1984 no. F/26/930/84. Pendiri COG adalah David Brant Berg di Melrose, Oakland, California. Disebabkan ajaran2 nya menjurus & berbau seks, maka ajarannya cepat menarik para remaja serta anak muda di Indonesia. Dalam waktu yang relatif singkat anggota mereka bertambah banyak. Di Jakarta saja mencapai 5000 orang. Bahkan kota keripik tempe Purwokerto "kecipratan" 200 anggota COG. COG cepat merebak di Indonesia karena kegiatannya meliputi banyak bidang. Antara lain: Bidang Literatur, Musik, Drama, Audio Visual, Kursus Bahasa. Salah satu doktrin / ajaran sesat mereka ialah bahwa Yesus adalah hasil hubungan seks antara Allah dan Maria.

Pelepasan

"Prosesi yang Tegang!" demikian komentar harian Manado Post, ketika anggota tim 11-nya yang melacak kegiatan gereja setan, turut menyaksikan acara pelepasan 3 roh kuasa gelap dari tubuh Laura, yakni raja iblis (lucifer), hyberia (istri lucifer) & prince of michael di gereja GMIM Paulus Jl Sam Ratulangi, Manado tgl 24 Maret lalu. Proses pelepasan Laura dipimpin oleh Ev. Herman Kemala, seorang hamba Tuhan yang dikaruniai talenta serta mempelajari liku2 aliran sesat di AS. Acara pelepasan sendiri diprakarsai oleh Pdt. Billy SPAK. Hadir pula Kakansospol Manado Mayor John Rambing, Sekum GMIM Pdt. Niko Gara S. Th MA, Aparat keamanan dari Polda Manado, & hamba2 Tuhan gereja setempat yang diundang hadir. Saat acara pelepasan dimulai hadirin dipersilahkan untuk menyaksikan tanda2 yang dimiliki oleh gereja setan yang terpatri di tubuh Laura. Antara lain di lengan kanan & kiri berupa angka 666 serta Pentagram, naga leviatan, bunga mawar di dada kanan yang muncul di tubuh Laura. "Aduh, butul kantara skali tu angka 666…" kata seorang hadirin dengan logat Manado, ketika melihat lambang setan 666 dengan wajah pucat. Hadirin seakan tak sabar ingin melihat Ev. Herman segera melepaskan Laura dari tiga sosok roh jahat yang ada dalam dirinya. Sehelai karpet digelar & Laura dipersilahkan duduk sambil bersila di hadapan Ev. Herman. Petugas keamanan, hamba2 Tuhan, Sekum GMIM Pdt. Niko Gara & pimpinan gereja lainnya duduk di barisan depan, agar dapat dengan jelas melihat proses pelepasan kuasa jahat dalam diri Laura. Saat itu, melalui mulut Laura terdengar dengan jelas teriakan, sindiran, permintaan serta rencana besar2an dari tiga sosok roh dalam diri Laura. Bahkan si raja iblis, lucifer, secara langsung menceritakan rencana busuk mereka untuk mengacaukan pengikut umat Kristiani dengan menerapkan apa yang disebut Zaman Baru (New Age Movement). Langkah berikutnya ialah Ev. Herman menyerahkan mic kepada Pdt. Niko Gara untuk berdialog langsung dengan lucifer melalui mulut Laura.

"Aku tak berurusan dengan dia melainkan dengan kamu, Herman!" bentak si Raja Iblis kepada Ev. Herman. Langkah berikutnya, Ev. Herman kemudian melakukan proses pelepasan dengan penumpangan tanngan atas diri Laura, yang menyebabkan gadis itu berkali-kali muntah darah, berteriak histeris sambil mengucapkan kata2 yang sulit dimengerti.

"Herman…Aku tidak berurusan dengan orang ini. Dia bukan tandinganku. Semburan darah yang keluar dari mulut Laura, membuat beberapa hadirin di bagian depan, merasa jijik. Sementara Laura meracau tidak karuan, beberapa pembantu Ev. Herman memegangi tubuh Laura. Proses pelepasan ditandai dengan adanya "tawar-menawar" antara lucifer dengan Ev. Herman. Lucifer berkeras ingin tetap berada dalam diri Laura karena Laura adalah ASE atau Anak Emas Setan. "Ia adalah milikku karena ia adalah mempelaiku & kota Manado adalah ranjangku tempat berbaring!" kata lucifer. Namun, Allah tak mau berkompromi kepada iblis. Lewat hambaNya, Ev. Herman, malam itu, Laura berhasil dipulihkan lagi dari cengkraman raja iblis. Malam itu roh asli Laura, dipanggil kembali ke fisiknya dalam nama Allah Bapa, Allah Anak, & Allah Roh Kudus. Ev. Herman mengajak seluruh hadirin berdoa bersama karena Laura berhasil direbut kembali dari tangan iblis. Puji Tuhan, seru hampir seluruh hadirin yang menyaksikan bagaimana Allah telah mengalahkan si raja iblis.

Mengapa Manado?

Gereja setan tak hanya merasuk & merusak orang Kristen di Manado, tetapi mereka juga merencanakan Manado sebagai pusat gereja setan nomor 2 di dunia setelah California di AS. Hal ini terbukti dari ucapan Prince of michael, bahwa separuh kota Manado sudah dikuasai oleh gereja setan. Lalu, mengapa target mereka justru Manado, kota terbesar di kawasan utara Indonesia yang justru merupakan benteng imat Kristiani yang tangguh? "Di Manado, banyak hamba Tuhan yang menentukan detak nadi aktivitas pelayanan di Indonesia. Kehidupan masyarakatnya dinilai sangat baik, kehidupan rohaninya kuat. Selain itu persekutuan yang sangat tangguh seperti seringnya diadakan KKR. Jadi, kalau Manado yang dinilai sebagai "jantungnya" orang Kristen, sudah hancur, maka dengan sendirinya seluruh kota lainnya di Indonesia akan mudah ditaklukan oleh gereja setan. Banyaknya pengikut Yesus Kristus di sini, juga merupakan dorongan kuat bagi gereja setan untuk menguasai Manado terlebih dulu…" kata Rina, ketika diwawancarai Tim 11 dari Manado Post. Rina, selanjutnya mengatakan untuk memecah belah umat Kristen, anggota gereja setan tak segan2 menyelusup di tempat2 ibadah. Hal ini yang sangat dimanfaatkan oleh anggota gereja setan untuk menyelusup dalm & menarik orang2 yang dinilai memiliki bobot tertentu. "Antara lain, dipilih mereka yang intelektualitasnya tinggi, berkepribadian serta tak mudah terpengaruh" sambung Rina lagi. Gereja setan, yang didirikan oleh Anton Szandor Lavey tanggal 30 April 1967, sebenarnya pertama kali menyelusup ke Indonesia lewat Kalimantan. Tetapi, belakangan mereka berubah pikiran karena prospek kota Manado "lebih cerah" untuk perkembangan gereja setan. Maka di tahun 1991 dimulai oleh sepasang suami istri, gereja setan dideklarasikan pendiriannya di gedung Joeang Manado pada tanggal 31 Oktober, bertepatan dengan acara Halloween.

Cara Mencari Korban

Modus operandi mereka ialah tempat2 ramai seperti pertokoan, mal, atau tempat hiburan Calon korban biasanya ditatap lurus2 matanya biasanya calon korban seakan kena hipnotis. Cara lain ialah dgn berjabatan tangan dgn memakai cincin Pentagram yang tajam, sehingga menimbulkan luka. Darah yang keluar luka akan dipakai untuk mengontrol calon korban dari jarak jauh. Bagi yang sukses "mencari jiwa baru" biasanya akan memperoleh imbalan uang antara Rp.300 sampai Rp.500 ribu. Namun, seandainya ada tugas yang diberikan, gagal, maka ada sanksi berat yang dikenakan. Yakni hukuman mati! Adapun hari2 khusus yang dirayakan antara anggota gereja setan ialah: Halloween. Hari raya ini dirayakan setiap tanggal 31 Oktober. Para pengikut datang dengan berpakaian yang menyeramkan dengan topeng2 aneh.

Puncak acara ialah dengan pelampiasan kepada Yesus Kristus dalam wujud gambarNya, yang diinjak2, sementara di bagian atas ruangan digantung simbol salib patah (broken cross).

Hari Raya kedua, ialah Solstice, yang dirayakan di bulan Desember seminggu sebelum Natal. Mereka menargetkan, sebelum umat Kristiani merayakan Natal, maka pada tanggal 24 Desember malamnya, akan meminta korban. Sehingga dengan begitu, umat Kristiani akan mengalami hari duka. Hari lain ialah Equinox. Dirayakan setiap tanggal 13 Maret & khusus diikuti oleh hanya 13 wanita dalam kelompok yang dinamakan Sisters of the Light, salah satu kelompok jabatan dalam struktur organisasi gereja setan.

Yang terakhir ialah Black Sabath, atau Misa Hitam. Dalam upacara ritual khusus ini biasanya ada tumbal yang harus disediakan yakni korban bayi yang baru berumur 4 minggu. Merebaknya kasus Laura & Rina yang dibebaskan dari kuasa gelap, membuat para hamba Tuhan di Manado memperketat barisan serta waspada selalu untuk menjaga & membina jemaat mereka. Apalagi, bukan hal yang mudah untuk merebut kembali jiwa2 yang sudah dikuasai oleh kuasa gelap. Dan, tak banyak hamba Tuhan yang memiliki talenta seperti Ev. Herman Kemala. Tetapi, apakah pengobatan atau kesembuhan yang dilakukan Ev. Herman Kemala dapat diterima oleh para hamba Tuhan? "Secara logika memang tak bisa dipercaya. Tetapi, Alkitab mengakui adanya roh jahat atau iblis. Jadi, dalam hal ini harus ada pendekatan alkitabiah "aku Pdt. Nico Gara usai "berdialog" dengan si raja iblis kepada Tim 11 dari Manado Post. Hal senada juga dikatakan oleh Pdt. J. Manampiring S.Th, Pdt. Wilder Pattyranie S.Th & ketua jemaat GMIM Paulus Pdt. Ny. Th. Palngiten Lantang. "sulit dipercaya dari kacamata logika, namun ini menyangkut alam roh & alam supernatural yang harus dilihat dari kacamata iman "aku mereka bersama. "Sungguh semakin meneguhkan iman kepercayaan kita bersama. Cara penyembuhan Pak Herman bisa diterima & sesuai dengan teologia Kekristenan, terutama menempatkan Yesus Kristus serta unsur Tri Tunggal, Bapa, Anak Roh Kudus di dalamnya" lanjut mereka lagi. Lalu, bagaimana dengan pandangan Kabag Bintibmas Dit Binmas Polda Sulut, yang juga dijabat oleh Pdt. Pattyraine? "Dilepaskannya Laura, Rina serta rekan2nya tak berarti kita tidak waspada lagi" ucapnya. Nah, umat Kristiani se Indonesia, waspadalah terhadap pengaruh anggota2 gereja setan yang senantiasa mencari korban. Siaap!!!!!!! (Laporan Tim 11 M.Post)

Awas!!!

Utusan gereja setan sudah dikirim ke Jakarta! Kabar di atas bukan main2. Salah satu utusan gereja setan (GS) Manado gagal dalam melaksanakan misinya, yaitu membuat kacau di beberapa gereja di Jakarta. Hal ini terungkap ketika Pdt. S.Bella Gembala Sidang GBI Pemulihan, saat berkhotbah tanggal 28 April 1999 lalu. "Saat seluruh jemaat menyanyi, pemuda itu diam saja. Ketika jemaat bertepuk tangan, dia juga diam saja. Ketika saya tanyakan siapa yang ingin didoakan untuk menerima damai sejahtera Tuhan Yesus, dia angkat tangan. Tapi, cuma separuh terangkat. Saat jemaat maju, dia juga ke depan. Ketika saya dekat kepadanya, tiba2 pemuda itu mengayunkan tinjunya ke arah saya. Namun, Roh Kudus melindungi saya. Saya terhindar & hantamannya mengenai mimbar. Saya doakan dia! Tiba2 dia gelisah & jatuh menggelepar2, muntah2 darah dari dalam mulutnya. Baunya amis. Saya urapi dia dengan minyak urapan! Ketika dia tenang kembali, pemuda itu minta sehelai kertas & sebuah bolpen. Tahukah saudara apa yang dia tulis? "Saya diutus ke Jakarta dari gereja setan Manado, untuk membuat kacau gereja Bethany, Sungai Yordan, Antiokia & Pemulihan!" Beberapa saat kemudian, ia bercerita bagaimana GS menarik calon anggotanya. Sasaran mereka ialah anak muda yang broken home. Kalau berhasil menggaet calon anggota pemuda, diberi upah Rp. 20.000,- Kalau pemudi Rp. 200.000,- Mengapa jauh lebih mahal? Karena kegadisannya bisa dipersembahkan kepada Lucifer!

Diambil dari : Anggur Baru.org


Iklan & Promosi

JULUSIRI......!!

BAGI REKAN-REKAN YANG MEMBUTUHKAN BANTUAN :

1. DESIGN GRAFIS ( PHOTOSHOP )


contoh.


2. EDITING VIDEO + SHOOTING ( VCD & DVD )
A. Acara Pernikahan.
B. Acara Ulang Tahun.

C. Acara Resmi.

D. Sesuai pemesanan.



contoh

3. DEKORASI / PEMBUATAN TAMAN.




contoh

KETERANGAN LEBIH LANJUT SILAHKAN HUBUNGI :

Nama : A. Munde
Hp : 081342006009
Alamat : Asmil Yonif Linud 433 Kostrad Maros - Makasar
Email : a.munde.433@gmail.com

atau silahkan tulis di SHOUTMIX di kiri halaman ini atau kirim komentar dibawah halaman ini.

Terimakasih.

Kontak Kami

Bilamana saudara ingin menghubungi kami mengenai :
1. Ingin menyampaikan pesan.
2. Pertanyaan.
3. Kritik dan Saran.
4. Atau Apa sajalah.

Silahkan Isi Form dibawah ini.















































Nama Kamu
Email Kamu
Judul/Subject
Pesan










Image Verification
Please enter the text from the image

[ Refresh Image ] [ What's This? ]








Terima Kasih


Terima kasih sudah menghubungi kami, jika tidak ada halangan kami akan segera membalasnya.

Silahkan klik banner HOME di bawah ini untuk kembali ke halaman utama.










 
Design Template By Candra KPS @ 2008