Cerita ini diambil dari Manado Post diharapkan sebagai gambaran kepada seluruh personel Yonif Linud-433/JS bisa mencontoh dan menauladani serta mengambil hikmah dibalik cerita ini.
Krisis yang melanda dunia boleh dikata telah ikut mempengaruhi beberapa bisnis dan usaha di Indonesia. Namun siapa sangka kalau jasa sol sepatu mampu bertahan tanpa terpengaruh krisis.
Laporan : Ronly Wangania
DALAM sehari, Sujono Maskeke dan rekan-rekannya mengaku bisa mengumpulkan uang rata-rata diatas Rp 50.000 per hari lewat jasa sol sepatu yang digelutinya sejak tahun 1985. “Standar (pendapatan) satu hari itu bisa diatas Rp 50.000, jarang kurang dari itu,” kata Sujono di tempat usahanya di kompleks TKB kemarin siang.
Kalau saat ini sektor usaha dan jasa lain ikut terkena imbas, usaha jasa sol sepatu bisa dibilang nyaris tak terkena dampak. “Setiap hari selalu ada yang datang sol sepatu, paling rendah 5 pasang sepatu yang boleh torang kerjakan setiap hari,” jelasnya.
Dengan upah yang relatif berbeda, antara Rp 7500–12.500, tergantung bahan jahitannya, Suyono mengaku, kerap bekerja sampai malam hari. Tak heran, jika penghasilannya relatif lebih di atas Rp 50.000/hari. Apalagi menurutnya, menjelang hari raya Natal ini penghasilannya sedikit bertambah bahkan nyaris 50% dibanding pendapatan normalnya. Ismail, pelaku bisnis jasa sol sepatu lainnya, sudah melakoni usaha jasa sol sepatu sejak setahun lalu. Ismail bisa mengumpulkan uang yang cukup setiap tahun untuk mudik ke kampung halamannya di Gorontalo.
“Pokoknya setiap pulang kampung setiap tahun, ada uang yang boleh dibilang lebih dari cukup mo bawa pulang,” tuturnya. Karenanya Ismail memilih bertahan di jasa sol sepatu ini karena pekerjaannya yang relalif sederhana dan tak pernah khawatir akan naiknya harga bahan baku atau menurunnya daya beli akibat krisis. “Berbekal keahlian sedikit dengan jarum dan senar torang so boleh dapa doi,” tambahnya.
Krisis yang melanda dunia boleh dikata telah ikut mempengaruhi beberapa bisnis dan usaha di Indonesia. Namun siapa sangka kalau jasa sol sepatu mampu bertahan tanpa terpengaruh krisis.
Laporan : Ronly Wangania
DALAM sehari, Sujono Maskeke dan rekan-rekannya mengaku bisa mengumpulkan uang rata-rata diatas Rp 50.000 per hari lewat jasa sol sepatu yang digelutinya sejak tahun 1985. “Standar (pendapatan) satu hari itu bisa diatas Rp 50.000, jarang kurang dari itu,” kata Sujono di tempat usahanya di kompleks TKB kemarin siang.
Kalau saat ini sektor usaha dan jasa lain ikut terkena imbas, usaha jasa sol sepatu bisa dibilang nyaris tak terkena dampak. “Setiap hari selalu ada yang datang sol sepatu, paling rendah 5 pasang sepatu yang boleh torang kerjakan setiap hari,” jelasnya.
Dengan upah yang relatif berbeda, antara Rp 7500–12.500, tergantung bahan jahitannya, Suyono mengaku, kerap bekerja sampai malam hari. Tak heran, jika penghasilannya relatif lebih di atas Rp 50.000/hari. Apalagi menurutnya, menjelang hari raya Natal ini penghasilannya sedikit bertambah bahkan nyaris 50% dibanding pendapatan normalnya. Ismail, pelaku bisnis jasa sol sepatu lainnya, sudah melakoni usaha jasa sol sepatu sejak setahun lalu. Ismail bisa mengumpulkan uang yang cukup setiap tahun untuk mudik ke kampung halamannya di Gorontalo.
“Pokoknya setiap pulang kampung setiap tahun, ada uang yang boleh dibilang lebih dari cukup mo bawa pulang,” tuturnya. Karenanya Ismail memilih bertahan di jasa sol sepatu ini karena pekerjaannya yang relalif sederhana dan tak pernah khawatir akan naiknya harga bahan baku atau menurunnya daya beli akibat krisis. “Berbekal keahlian sedikit dengan jarum dan senar torang so boleh dapa doi,” tambahnya.
0 komentar:
Posting Komentar